Takziah Warga Sekitar, Santri MA Miftahunnajah Tidak Hanya Diajarkan Ilmu Namun Di didik Mengamalkan Ilmu

SLEMAN--- Salah satu ciri kader islam tidak hanya shalih secara pribadi namun juga shalih secara sosial. Begitu pula dalam skala lembaga. MA Miftahunnajah membangun komitmennya bersosial dengan aktif takziah bila ada warga sekitar madrasah yang meninggal.

Pendidikan melalui pengalaman amatlah efektif. Pelajaran teori yang didapatkan selama belajar di kelas dipraktikkan sekaligus dirasakan sebagai sebuah pengalaman yang berarti bagi siswa.

Pembelajaran dengan mengalami sendiri berupa praktik yang implementatif dapat melahirkan manfaat dari berbagai aspek.

Takziah misalnya, dari aspek teori siswa dapat mengetahui bahwa kewajiban muslim satu terhadap muslim yang lainnya adalah merawat jenazahnya. Pengetahuan lainnya, kompetensi merawat jenazah ini juga harus dimiliki setiap pribadi muslim karena selain bermanfaat untuk orang lain namun juga bermanfaat untuk sendiri, misalkan dikeluarga santri ada keluarga seperti ayah ibu kakak adik yang meninggal, siswa mangerti apa yang harus dilakukan.

Selain itu, siswa secara tidak langsung dididik untuk memiliki rasa empati kepada keluarga yang ditinggalkan dengan turut mendoakan. Mereka dilatih merasakan apa yang dirasakan keluarga yang ditinggalkan.

Bagi pihak yang ditinggalkan juga akan merasa senang dan sedikit terhibur karena didatangi, didoakan, hingga diiringi jenazahnya hingga kepemakaman. Peduli dan respect terhadap masyarakat di lingkungan ini sangat penting sebagai pendidikan sosial bagi siswa. Tidak semua yang di takziah i adalah saudara mereka, bahkan tidak semua mereka kenal, sehingga mereka hadir ikut mendoakan adalah sebagai bentuk pendidikan kepedulian sosial.

Tidak hanya itu, ada kebaikan lain dilihat dari sisi keutamaan tentang sholat jenazah ini. Dalam hadits yang diriwayatkan Muslim nomor 948, disebutkan bila shaff sholat hingga 40 orang jama’ah maka doa jama’ah yang menyolati akan dikabulkan oleh Allah SWT, “…Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang muslim meninggal dunia lantas dishalatkan (shalat jenazah) oleh 40 orang yang tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun melainkan Allah akan memperkenankan syafa’at (do’a) mereka untuknya.” Tentu para santri penghafal qur’an di pesantren diharapkan bisa menjadi wasilah diampuninya dosa jenazah yang disholatkan.

Ada banyak cara implementasikan keindahan islam. Pesantren sebagai wadah penggemblengan teori harus menemukan caranya agar proses pendidikan yang dilalui para santri benar-benar dapat mentransformasi nilai dan dirasakan langsung manfaatnya.

*Admin