
Perumpamaan Orang Mukmin yang Membaca Al-Qur`an
وَعَنْ أَبِي مُوْسَى الأَشْعَرِي – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ مَثَلُ الأُتْرُجَّةِ : رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ ،وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ : لاَ رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ ، وَمَثلُ المُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثلِ الرَّيحَانَةِ : رِيْحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ ، وَمَثَلُ المُنَافِقِ الَّذِي لاَ يَقْرَأُ القُرْآنَ كَمَثلِ الحَنْظَلَةِ : لَيْسَ لَهَا رِيحٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ .
Dari Abu Musa Al-Asy’ary radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Permisalan orang yang membaca Al-Qur’an bagaikan buah utrujah, bau dan rasanya enak. Permisalan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an bagaikan buah kurma, tidak beraroma, tetapi rasanya manis. Permisalan orang munafik yang membaca Al-Qur’an bagaikan raihanah, baunya menyenangkan, tetapi rasanya pahit. Permisalan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an bagaikan hanzhalah, rasa dan baunya pahit dan tidak enak.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 5059 dan Muslim, no. 797]
Penjelasan Para Ulama
1. Mengapa Utrujjah (buah sitrun / citron)?
-
Imam Nawawi – Syarh Shahih Muslim (6/67):
Utrujjah dipilih karena ia buah yang paling sempurna: enak dimakan dan harum baunya. Ini melambangkan mukmin yang membaca Al-Qur’an, sebab ia bermanfaat bagi dirinya (iman yang manis) dan bagi orang lain (bacaan Qur’annya yang terdengar indah dan mengajarkan kebaikan). -
Ibn Hajar – Fath al-Bari (9/78):
Utrujjah punya dua keistimewaan (aroma + rasa), sebagaimana mukmin pembaca Qur’an memiliki dua keutamaan: iman dan Qur’an.
2. Mengapa Kurma (Tamrah)?
-
Kurma adalah makanan pokok Arab, rasanya manis tapi tidak berbau.
-
Ibn Hajar – Fath al-Bari (9/78):
Kurma dipilih karena meski sederhana dan tanpa aroma, ia tetap mengenyangkan dan bermanfaat. Begitu pula mukmin yang tidak membaca Qur’an, ia tetap beriman dan manis imannya, meski kurang dalam memberi manfaat lahiriah (seperti suara bacaan Qur’an yang terdengar).
3. Mengapa Raihanah (sejenis daun wangi/bunga basil)?
-
Raihanah beraroma harum tapi rasanya pahit.
-
Imam Nawawi – Syarh Muslim (6/68):
Ini melambangkan munafik yang membaca Qur’an. Bacaan Qur’annya enak didengar (manfaat lahiriah), tapi hatinya pahit dengan nifaq, sehingga Qur’an tidak memberi manisnya iman pada dirinya. -
Ibn Rajab al-Hanbali – Jami‘ al-‘Ulum wa al-Hikam (1/266):
Seperti raihanah, orang munafik yang membaca Qur’an menghiasi lidahnya dengan bacaan, namun hatinya rusak dan beracun.
4. Mengapa Hanzhalah (sejenis labu pahit/gurita padang pasir)?
-
Hanzhalah terkenal pahit dan tidak beraroma.
-
Imam Nawawi: inilah permisalan paling buruk, karena ia tidak memberi manfaat, bahkan membahayakan.
-
Ibn Hajar: ini menggambarkan munafik yang tidak membaca Qur’an: ia tidak punya iman yang manis, tidak pula bacaan Qur’an yang bermanfaat. Yang tersisa hanya kepahitan.
Komentari Tulisan Ini
Tulisan Lainnya
Tujuh Golongan Orang yang Akan Mendapat Naungan Allah pada Hari Kiamat
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ اْلإِمَامُ الْعَادِلُ وَش